Selasa, 06 Oktober 2009

Lelaki Terbaik Itu Bukan Untukku

Seumur hidupku, aku telah bertemu dengan banyak sekali lelaki. Dan sebagian dari lelaki tersebut sempat mengisi ruang di hidupku. Masing-masing menorehkan kisah menarik, ada yang lucu, senang, dan pedih, semuanya seperti campuran menu yang mewarnai lembaran harianku. Semua cerita itu sekaligus meninggalkan banyak pelajaran penting untuk ku.

Satu diantara sekian itu, aku bertemu seseorang yang bagi ku, dia adalah lelaki terbaik yang pernah ku miliki. Dia begitu sempurna di mataku, hingga kadang aku merasa bahwa aku tidak pantas mendampinginya.

Selama satu tahun_empat bulan dia mengisi seluruh hatiku dengan banyak kisah. Dan selama itu pula, aku dan dia berusaha untuk menaklukan jarak dan waktu yang memisahkan kami.

Meski pada akhirnya perjuangan itu harus berhenti sampai disini.

Waktu terus berlalu, dan ketika kita melangkah terus kedepan, kita tidak pernah menghitung sudah berapa banyak langkah yang kita tempuh, hingga akhirnya kita sadar, ternyata kita sudah melangkah terlalu jauh.

Itu lah yang aku rasakan saat ini. Keadaan saat ini dan saat ketika aku pertama kali jatuh cinta dengannya, terasa jauh berbeda.

Aku sadar, aku bukan perempuan sempurna. Terlalu banyak menuntut, mungkin! Tapi itu karena aku cuma perempuan biasa yang butuh perhatian lebih ketika harus selalu jauh darinya. Bukan aku atau dia yang berubah, tapi justru keadaan lah yang sudah banyak berubah, dan mungkin aku yang tidak siap dengan perubahan-perubahan itu. Sampai akhirnya aku mengambil langkah mundur, dan mengalah untuknya.

Aku akan biarkan dia dengan segudang akivitasnya, sementara aku juga hanya akan berteman dengan rutinitas ku juga. Seandainya dia tahu, bahwa dalam hatiku benar-benar tidak ada orang lain selain dia. Bahkan sampai detik ini.

Dia terlalu baik, dan setelah aku pikir-pikir…aku yang salah, aku yang terlalu banyak menuntut waktunya buat aku. Sampai-sampai aku bermain dalam pikiran ku dengan sugesti yang aneh-aneh ketika dia tidak mengangkat telphon ku, tidak membalas sms ku, dan ketika dia tidak mencoba menghubungiku.

Huff…!!!

Dan saat aku mulai uring-uringan karena lost contact beberapa saat, dia cuma bilang…

“Semuanya baik-baik aja, gak ada yang berubah, jadi jangan mikir yang macem-macem,…dll”

Padahal enggak! Aku tidak dalam keadaan baik-baik saja… Aku benar-benar butuh dia. Kata-katanya yang seperti itu justru buat aku sedih, aku merasa dia sama sekali mengesampingkan apa yang aku rasakan.

Hal seperti itu lah yang perlahan-lahan memupuskan keyakinan ku sedikit demi sedikit tentang keseriusan hubungan kami.

Atau mungkin aku yang sudah mulai lelah menunggu. Menunggu saat itu tiba, seperti yang selalu kami impikan. Well, semuanya harus aku terima.

Tapi entah kenapa, rasanya berat sekali. Ribuan air mata sepertinya tidak cukup untuk membuat bayang-bayangnya terhapus dari benakku.

Ya, dia tidak hanya ada di Diary, di Laptop, Handphone, di bingkai kamarku, di Friendster dan Facebook bahkan di blog, tapi dia juga memenuhi seluruh hati dan jiwa ku. Dia benar-benar laki-laki terbaik yang pernah kumiliki.

Meski dia setahun lebih muda usianya dariku, tapi dia bisa membawakan dirinya tidak hanya seperti kekasih, tapi sosok sahabat, kakak, bahkan nyaris seperti ayah.

Kedewasaan nya yang membuat aku jatuh hati.

That’s why I love him so much!

Aku cuma bisa berharap, semoga Tuhan menyatukan kami kembali suatu saat nanti. Kalau pun ternyata dia memang bukan seseorang Kau takdirkan untuk mendampingiku, hmm…setidaknya beri aku sosok yang seperti dia. ^_^

“Siapapun yang kelak akan menggantikan posisi ku di hatimu, aku percaya dia bisa menjadi sosok yang akan selalu membahagiakan mu.”

Terima kasih untuk semua cinta dan waktu yang kau habiskan bersamaku. Terima kasih untuk waktu yang tersita karena terbebani oleh permintaan-permintaan ku yang konyol. Terima kasih untuk semua rasa lelah karena sikap ku yang kekanak-kanakan. Terima kasih untuk mengerti dan mau mendengarkan cerita pahit di hidupku. Terima kasih untuk menjadi apapun yang ku inginkan. Terima kasih juga untuk semua pelajaran yang kau berikan.

Dan terima kasih untuk semua jejak langkahmu yang tlah mendewasakan hatiku.

Kau tetap menjadi lelaki terbaik yang pernah ku miliki. Meski kesempurnaan mu ternyata bukan untukku…

30 Sept 09

Special 4 Him…

“E.P.P”

The Best Man That I Ever Had